Ihya Ulumuddin atau Al-Ihya merupakan kitab yang membahas tentang kaidah dan prinsip dalam menyucikan jiwa Tazkiyatun Nafs yang membahas perihal penyakit hati, pengobatannya, dan mendidik hati.
Kitab ini merupakan karya yang paling terkenal dari Imam Al-Ghazali. Saya yakin Anda tidak dapat menemukannya di mana pun kecuali KAB. Menu Lanjut ke konten. Download Buku-Buku Pdf Islam. Buku PDF. Kitab PDF. Majalah Islam. Novel Islam. The ultimate goal that Ghazali is presenting not only in these two chapters, but in the entirety of The Revival of the Religious Sciencesis that there must be moderation in every aspect of the soul of a man, an equilibrium.
AdamecHistorical Dictionary of Islamp. The sultan ghaaali so impressed that he ordered al-Ghazali to write down his speech so that it will be sent to all the ulemas of Khorasan and Iraq.
Abd Allah ibn Abbas taught. Al-Ghazali contributed kitab ihya ulumuddin imam ghazali to the development of a systematic view of Sufism and to its integration and acceptance in mainstream Islam. Al-Ghazali came back to Tus in and declined the welcome of the amazing vizier of Muhammad I to come back to Baghdad.
Download kitab ihya ulumuddin keyword after analyzing the system lists the list of keywords related and the list of websites with related content, in addition you can see which keywords most interested customers on the this website. We found at least 10 Websites Listing below when search with download kitab ihya ulumuddin on Search Engine. Publication date Give your advice. Kitab Ihya Ulumuddin adalah sebuah kitab monumental karya Imam Al Ghazali yang sangat terkenal dan telah banyak dibaca oleh berbagai kalangan.
Oleh ulama-ulama fuqaha, Ihya dijadikan sebagai rujukan standar dalam bidang fiqih, sedangkan oleh para sufi, kitab ini memuat materi-materi pokok yang tidak boleh ditinggalkan. Email or Phone: Password: Forgot account?
Log In. Create New Account. Forgot account? Dipandans dla'if oleh Al-Baihaqi dan lainnya. Karena Nabi saw. Artinya : "Kit a berlindung dengan Allah, dari ilmu yang tidak bermanfa'at". Aku akan buktikan kecenderungaii manusia sekarang, jauh dari bentuk kebenaran. Tertipunya mereka dengan kilatan patamorgana. Dan kepuasan mereka dengan kulit ilmu, tanpa isi. Bahagian rubu' ibadah, melengkapisepuluh kitab : 1. Kitab ilmu. Kitab kaidah-kaidah i'tikad aqidah.
Kitab rahasia hikmah bersuci. Kitab hikmah shalat. Kitab hikmah zakat. Kitab hikmah shiam puasa. Kitab hikmah hajji. Kitab adab kesopanan membaca Al-Qur-an. Kitab dzikir dan do'a. Kitab tartib wind pada masing-masing waktunya. Bahagian rubu' pekerjaan sehari-hari melengkapi sepuluh kitab : 1. Kitab adab makan. Kitab adab perkawinan. Kitab hukum berusaha bekerja. Kitab halal dan haram. Kitab adab berteman dan bergaul dengan berbagai golongan manusia.
Kitab 'uzlah mengasingkan diri. Kitab adab bermusafir berjalan jauh. Kitab mendengar dan merasa. Kitab amar ma'ruf dan nahi mungkar. Kitab adab kehidupan dan budi-pekerti akhlaq kenabian. Kitab menguraikan keajaiban hati. Kitab latihan diri jiwa. Kitab bahaya hawa nafsu perut dan kemaluan. Kitab bahaya lidah.
Kitab bahaya marah, dendam dan dengki. Kitab tercelanya dunia. Kitab tercelanya harta dan kikir. Kitab tercelanya sifat suka kemegahan dan cari muka ria. Kitab tercelanya sifat takabur dan mengherani diri 'ujub. Kitab tercelanya sifat tertipu dengan kesenangan duniawi. Bahagian rubu' perbuatan yang melepaskan, melengkapi sepuluh kitab : 1. Kitab taubat. Kitab sabar dan syukur. Kitab takut dan harap.
Kitab fakir dan zuhud. Kitab tauhid dan tawakkal. Kitab cinta kasih , rindu , jinak hati dan rela. Kitab niat, benar dan ikhlas. Kitab muraqabah dan menghitung amalan.
Kitab memikirkan hal diri tafakkur. Kitab ingat mati. Adapun bahagian 'ibadah, maka akan saya terangkan nanti peri adabnya yang raendalam, sunat-sunatnya yang halus-halus dan mak- sudnya yang penuh hikmah, yang diperlukan oleh orang yang ber- ilmu, yang raengamalkan.
Bahkan tidaklah dari ulama akhirat, orang yang tidak memperhatikan kepadanya. Dan yang terbanyak daripadanya, adalah termasuk yang disia-siakan dalam ilmu fiqih. Adapun bahagian pekerjaan sehari-hari, maka akan saya terang- kan hikmah pergaulan yang berlaku antara sesama manusia, liku-likunya, sunatnya yang halus-halus dan sifat memelihara diri yang tersembunyi pada tempat-tempat lalunya. Yaitu, yang harus dipunyai oleh orang yang beragama. Saya akan terangkan raasing- masing dari budi pekerti itu, batas dan hakikatnya.
Kemudian akan saya sebutkan sebab terjadinya, kemudian bahaya yang timbul dari padanya, kemudian tanda-tanda mengenalinya, kemudian cara meng- obatinya supaya terlepas kita dari padanya. Semuanya itu, disertai dengan dalil-dalil ayat, hadits dan kata-kata shahabat Nabi atsar. Adapun bahagian perbuatan yang melepaskan, maka akan sa- ya terangkan semua budi pekerti yang terpuji dan keadaan yang disukai, yang menjadi budi pekerti orang-orang muqarrabin dan shiddiqin, yang mendekatkan hamba kepada Tuhan semestaalam.
Saya akan terangkan pada tiap-tiap budi pekerti itu, batasnya, hakikatnya, sebab yang membawa tertarik kepadanya-, faedah yang dapat diperoleh daripadanya, tanda-tanda untuk mengenalinya dan keutamaan yang membawa kegemaran kepadanya, serta apa yang ada padanya, dari dalil-dalil syari'at dan akal pikiran, Penulis-penulis lain sudah mengarang beberapa buku mengenai sebahagian dari maksud-maksud tadi.
Akan tetapi kitab ini, berbe- da dari buku-buku itu dalam lima hal : 1. Menguraikan dan menjelaskan apa yang ditulis penulis-penu- lis lain secara singkat dan umum. Menyusun dan mengatur apa yang dibuat mereka itu berpi- sah-pisah dan bercerai-berai.
Menyingkatkan apa yang dibuat mereka itu berpanjang-pan- jang dan menentukan apa yang ditetapkan mereka. Membuang apa yang dibuat mereka itu berulang-ulang dan menetapkan dengan kepastian diantara yang diuraikan itu.
Memberi kepastian hal-hal yang meragukan yang membawa kepada salah paham, yang tidak disinggung sedikitpun da- lam buku-buku yang lain. Karena semuanya, walaupun me- reka itu menempuh pada suatu jalan, tetapi tak dapat di- bantah, bahwa masing-masing orang salik orang yang ber- jalan pada jalan Allah itu mempunyai perhatian tersendiri, kepada sesuatu hal yang tertentu baginya dan dilupakan teman-temannya. Atau ia tidak lalai dari perhatian itu, akan tetapi lupa dimasukkannya ke dalam buku-bukunya.
Atau ia tidak lupa;akan tetapi ia dipalingkan oleh sesuatu yang memalingkannya dari pada menyingkapkan yang tertutup daripadanya. Sesungguhnya yang membawa aku mendasarkan kitab ini pada empat bahagian rubu , adalah dua hal : Pertama : - y a i t u pendorong asli— bahwa susunan ini pada menjelaskan hakikat dan pengertian, adalah seperti ilmu dlaruri ilmu yang mudah, tak memerlukan kepada pemikiran mendalam.
Sebab pengetahuan yang menuju ke akhirat itu, terbagi kepada ilmu mu'amalah dan ilmu mukasyafah. Yang dimaksud dengan ilmu mukasyafah ialah yang diminta mengetahuinya saja. Dan dengan ilmu mu'amalah ialah yang dimin- ta, di samping mengetahuinya, hendaklah diamalkan. Dan yang di- maksudkan dari kitab ini, ialah ilmu mu 'amalah saja, tidak ilmu mukasyafah, yang tidak mudah menyimpannya di buku-buku, meskipun menjadi tujuan maksud para pelajar dan keinginan perha- tian orang-orang shiddiqin.
Dan ilmu mu'amalah itu adalah jalan kepada ilmu mukasyafah. Tetapi, para nabi -rahmat Allah kepada mereka- tidak memper- katakan pada orang banyak, selain mengenai ilmu untuk jalan dan petunjuk kepada ilmu mukasyafah itu.
Adapun ilmu mukasyafah, mereka tidak memperkatakannya selain dengan jalan rumus dan isyarat, yang merupakan contoh dan kesimpulan. Karena para Nabi itu tahu akan singkatnya paham orang banyak untuk dapat memikulnya. Alim ulama itu adalah pewaris Nabi-nabi. Maka tiada jalan bagi mereka untuk berpaling daripada mengikuti dan mematuhinya.
Kemudian, ilmu mu'amalah itu terbagi kepada : 1- ilmu dhahir, yaitu ilmu, mengenai amal perbuatan anggota badan. Adakalanya adat kebiasaan dan adakalanya 'ibadah. Dan yang datang pada hati, yang dengan sebab terdinding dari pancaindra, termasuk bagian alam malakut, adakalanya terpuji dan adakalanya tercela.
Maka seharusnyalah, ilmu ini terbagi dua, yaitu : dhahir dan bathin. Bagian bathin yang me- nyangkut dengan hal ihwal hati dan budi pekerti jiwa, terbagi kepada : yang tercela dan yang terpuji. Jadi, semuanya berjumlah empat bahagian.
Dan tidaklah kurang perhatian pada ilmu mu'ama- lah, dari bahagian-bahagian ini. Pendorong Kedua : -yang menggerakkan untuk menyusun kitab ini menjadi empat bahagian, ialah aku melihat keinginan para pelajar, besar sekali kepada ilmu fiqih, ilmu yang layak bagi orang yang tidak takut kepada Allah swt.
Dan ilmu fiqih itu terdiri dari empat bahagian. Dan orang yang menghiasi dirinya dengan hiasan yang disukai orang banyak, tentu dia akan disukai. Maka aku tidak jauh dalam membentuk kitab ini dengan bentuk fiqih untuk menarik hati golongan pelajar-pelajar.
Dan karena inilah, sebahagian orang yang ingin menarik hati pembesar-pembesar kepada ilmu kesehatan, bertindak lemah lembut, lalu membentuknya dalam bentuk ilmu bintang dengan memakai ranji dan angka. Dan menamakannya ilmu taqioim kesehatan, supaya kejinakan hati mereka dengan cara itu menjadi tertarik kepada membacanya. Berlemah-lembut menarik hati orang kepada ilmu pengetahuan yang berguna dalam kehidupan abadi, adalah lebih penting daripada kelemah-lembutan menariknya kepada ilmu kesehatan, yang fae- dahnya hanya untuk kesehatan jasmaniyah belaka.
Faedah pengetahuan ini ialah membawa kesehatan kepada hati dan jiwa yang bersambung terus kepada kehidupan abadi. Apalah artinya ilmu kesehatan itu yang hanya dapat mengobati tubuh kasar saja, yang akan hancur binasa dalam waktu yang tidak lama lagi.
Kita bermohon kepada Allah swt. Bab kedua : Tentang llrau-ilmu yang fardlu-'ain dan yang fardlu-kifayah, menerangkan batas ilmu fiqhi, memperkatakan ilmu agama, penjelasan ilmu akhirat dan ilmu dunia. Bab ketiga : Tentang apa, yang dihitung oleh orang aw warn, termasuk sebahagian dari ilmu agama, pada hal tidak.
Juga menerang- kan jenis ilmu yang tercela dan kadarnya. Bab kecmpat : Tentang bahaya perdebatan dan menyebabkan kesibukan manusia dengan berselisih dan bertengkar. Bab kelima : Tentang adab pengajar dan pelajar.
Bab keenam : Tentang bahaya ilmu, ulama dan tanda-tanda yang membeda- kan antara ulama dunia dan ulama akhirat. Bab ketujuh : Tentang akal, kelebihan akal, bahagian-bahagian akal dan hadits-hadits yang membicarakan tentang akal.
Ali Imran, ayat Artinya : "Allah mengakui bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan selain dari padaNya dan malaikat-malaikat mengakui dan orang-orang berilmu, yang tegak dengan keadilan ". Cukuplah kiranya dengan ini, buat kita pertanda kemuliaan, kelebihan, kejelasan, dan ketinggian orang-orang yang berilmu. Pada ayat lain Allah swt. A1 Mujaadalah, ayat Artinya : "Diangkat oleh Allah orang-orang yang beriman daripada kamu dan orang-orang yang diberi ilmu dengan beberapa tingkat".
Al-Mujadalah, ayat Antara dua tingkat itu, jarak- nya sampai tahun perjalanan". Az-Zumar, ayat 9. Artinya : "Katakanlah! Adakah sama antara orang-orang yang berilmu dan orang-orang yang tidak berilmu? Berfirman Allah swt. Fathir, ayat Artinya : "Sesungguhnya yang takut akan Allah daripada hambaNya ialah ulama ahh ilmu ". Ar-fta'd, ayat Cukuplah Allah menjadi saksi antara aku dan kamu dan orang-orang yangpadanya adapengetahuan tentang Al-Qur-an ".
Ar-Ra'd, ayat Pada ayat yang lain tersebut : Qaalal ladzii 'indahuu 'ilmun minal kitaabi ana aatika bihi. An-Naml, ayat Ayat ini memberitahukan bahwa orang itu merasa sanggup karena tenaga pengetahuan yang ada padanya. Al-Qashash, ayat Artinya : "Berkatalah orang-orang yang berpengetahuan : Malang nasibmu!
Pahala dari Allah lebih baik untuk orang yang beriman dan menger- jakan perbuatan baik ". Ayat ini menjelaskan bahwa tingginya kedudukan di akhirat, dike- tahui dengan ilmu pengetahuan. Pada ayat lain tersebut : Wa tilkal amtsaalu nadlribuhaa linnaasi wa maa ya'qiluhaa illal 'aalimuun. Al- 'Ankabuut, ayat Artinya : "Contoh-contoh itu Kami buat untuk manusia dan tidak ada yang mengerti kecuali orang-orang yang berilmu ". Al-Ankabut, ayat Dan firman Allah swt. An-Nisa', ayat Ayat ini menerangkan bahwa untuk menentukan hukum dari segala kejadian, adalah terserah kepada pemahaman mereka.
Dan dihu- bungkan tingkat mereka dengan tingkat Nabi-nabi, dalam hal me- nyingkap hukum Allah. Dan ada yang menafsirkan tentang firman Allah : Yaabanii Aadama qad anzalnaa 'alaikum libaasan yuwaarii sau-aa- tikum wa riisyan wa libaasut taqwaa. Al-A'raaf, ayat Artinya : "Wahai anak Adam!
Sesungguhnya Kami telah turunkan kepadamu pakaian yang menutupkan anggota kelaminmu dan bulu dan pakai- an ketaqwaan". Al-A'raf, ayat Pada ayat lain tersebut : Walaqad ji'naahum bikitaabin fashshalnaahu 'alaa 'ilmin. Artinya : "Sesungguhnya Kami telah datangkan kitab kepada mereka, Kami jelaskan dengan pengetahuan". Pada ayat lain : Falanaqushshanna 'alaihim bi'ilmin. Al-A'raaf, ayat 7. Artinya : "Sesungguhnya akan kami ceriterakan kepada mereka menurut pengetahuan".
Al-A'raf, ayat 7. Al-'Ankabuut, ayat Artinya : "Bahkan Al-Qur-anj itu adalah bukti-bukti yang jelas di dalam dada mereka yang diberi pengetahuan". Al-'Ankabut, ayat Pada ayat lain : Khalaqal insaana 'allamahul bayaan. Ar Rahmaan, ayat Artinya : "Tuhan menjadikan manusia dan mengajarkannya berbicara terang'. Ar-Rahman, ayat 3 - 4. Tuhan menerangkan yang demikian pada ayat tadi untuk menyata- kan nikmatNya dengan pengajaran itu.
Adapun hadits, maka Rasulullah saw. Artinya : "Barangsiapa dikehendaki Allah akan memperoieh kebaikan, nisca- ya dianugerahiNya pemahaman dalam agama dan diilhamiNya petunjuk".
Artinya : "Orang berilmu ulama itu adalah pewaris dari Nabi-Nabi". Yastaghfiru lii'aalimi maa fis samaawaati wal ardli. Artinya : "Isi langit dan isi bumi meminta ampun untuk orangyang berilmu'! Orang itu sibuk dengan urusannya dan para malaikat sibuk pula meminta ampun baginya.
Nabi saw. Artinya : "Bahwa ilmu pengetahuan itu menambahkan mulia orang yang mulia dan meninggikan seorang budak sampai ke tingkat raja-raja'. Artinya : "Dua perkara tidak dijumpai pada orang munafiq; baik kelakuan dan berpaham agama ". Karena tidaklah dimak- sudkan oleh hadits itu akan fiqih yang anda sangkakan. Dan akan diterangkan nanti arti fiqih itu. Sekurang-kurangnya tingkat seorang ahli fiqih tahu ia bahwa akhirat itu lebih baik dari dunia.
Dan pe- ngetahuan ini, apabila benar dan banyak padanya, niscaya terlepas- lah dia dari sifat nifaq dan ria. Artinya : "Manusia yang terbaik ialah mu'min yang berilmu, jika, diperlukan dia berguna. Dan jika tidak diperlukan, maka dia dapat mengurus dirinya sendiri". Artinya : "Jman itu tidak berpakaian. Pakaiannya ialah taqwa, perhiasannya ialah malu dan buahnya ialah ilmu ".
Amrtiaa ahlul 'ilmi fadallun naasa 'alaa maa jaa-at bihir rusulu wa ammaa ahlul jihaadi fajaahaduu bias-yaafihim 'alaa maa jaa-at bihir rusul. Adapun orang yang berilmu, maka memberi petunjuk kepada manusia akan apa yang dibawa Rasul-Rasul.
Dan orang yang berjihad, maka bsrjuang dengan pedang membela apa yang dibawa para Rasul itu ". D Nabi saw. Artinya : "Sesungguhnya mati satu sulai bangsa, adalah lebih mudah daripada mati seorang yang berilmu ". Artinya: "Manusia itu ibarat barang logam seperti logam emas dan perak. Orang yang baik pada jahiliyah menjadi baik pula pada masa Islam apabila mereka itu berpaham berilmu ". O Nabi saw. Artinya : "Barangsiapa menghafal kepada ummatku empat puluh hadits, sehingga ia menghafalkannya kepada mereka, maka aku memberi syafa'at dan menjadi saksi baginya pada hari qiamat".
Artinya : "Barangsiapa dari ummatku menghafal empat puluh hadits, maka dia akan bertemu dengan Allah pada hari qiamat sebagai seorang ahli fiqih yang 'alim". Artinya : "Barangsiapa memahami agama Allah niscaya dicukupkan Allah akan kepentingannya dan diberikanNya rezeqidiluar dugaannya'. Bahwasanya Aku Maha Tahu, menyukai tiap-tiap orang yang tahu berilmu ". Artinya : "Orang yang berilmu itu adalah kepercayaan Allah swt. Artinya : "Dua golongan dari ummatku apabila baik niscaya baiklah manusia semuanya dan apabila rusak niscaya rusaklah manusia seluruhnya yaitu Amir-amir dan ahli-ahlifiqih".
Artinya : "Apabila datanglah kepadaku hari, yang tidak bertambah ilmuku padanya, yang mendekatkan aku kepada Allah, maka tidak diberi- kan barakah bagiku pada terbit matahari hari itu ".
Artinya : "Keiebihan orang berilmu dari orang 'abid orang yang banyak ibadahnya seperti kelebihanku dari orang yang paling rendah dari shahabatku ". Dan bagaimana Nabi mengu- rangkan tingkat amal ibadah yang tidak dengan ilmu pengetahuan, meskipun orang yang beribadah itu, tidak terlepas dari pengetahuan tentang peribadatan yang selalu dikerjakan.
Dan kalau tak adalah iimu, maka itu bukanlah ibadah namanya. Artinya : "Keiebihan orang berilmu atas orang 'abid, adalah seperti keiebihan bulan malam purnama dari bintang-bintang yang lain", pj Nabi saw. Artinya : "Yang memberi syafa'at pada hari qiamat ialah tiga golongan yaitu: para nabi, kemudian alim ulama dan kemudian para syuhada ".
Artinya : "Tiadalak peribadatan sesuatu kepada Allah yang lebih utama dari pada memahami agama. Seorang ahli fiqih adalah lebih sukar bagi setan menipunya daripada seribu orang 'abid. Tiap-tiap sesuatu, ada tiangnya. Dan tiangagama itu ialah memahaminya ilmu fiqhi " Nabi saw. Artinya : "Yang terbaik dari agamamu ialah yang termudah dan ibadah yang terbaik ialah memahami agama". Artinya : "Keiebihan orang mu'min yang berilmu dari orang mu'min yang 'abid ialah tujuh puluh derajat".
Dan amal pada masa tersebut lebih baik dari pada ilmu. Dan akan datang kepada ummat manusia suatu masa, yang sedikit ahli fiqihnya, banyak ahli pidato, sedikit yang memberi dan banyak yang meminta. Ilmu pada masa itu lebih baik dari amal'.
Artinya : "Antara orang 'alim dan orang 'abid seratus derajat jaraknya. Jarak antara dua derajat itu dapat dicapai dalam masa tujuh puluh tahun oleh seekor kuda pacuan ". Amalan apakah yang lebih baik? Maka Nabi saw. Bertanya pula orang itu : "Ilmu apa yang engkau kehendaki? Berkata orang itu lagi : "Kami menanyakan tentang amal, lantas engkau menjawab tentang ilmu".
Dan bahwasanya banyak amal tidak bermanfa'at bila disertai kebodohan mengenai Allah swt. Wa lam adla' Artinya : "Allah swt. Kemudian membangkitkan orang-orang 'alim seraya berfirman : "Hai orang 'alim! Bahwasanya Aku tidak meletakkan ilmuKu pada- mu selain karena Aku mengetahui tentang kamu. Dan tidak Aku meletakkan ilmuKu padamu untuk memberi adzab kepadamu.
Aku telah mengampunkan segala dosamu". Adapun atsar kata-kata shahabat Nabi saw. Binatang buas lebih berani daripada manusia. Bukanlah karena banyak makannya. Perut lembu lebih besar daripada perut manusia. Bukanlah karena kesetubuhannya dengan wanita. Burung pipit yang paling rendah lebih kuat berse- tubuh, dibandingkan dengan manusia. Bahkan, manusia itu tidak dijadikan, selain karena ilmu.
Berkata setengah ulama : "Wahai kiranya, barang apakah yang dapat diperoleh oleh orang yang ketiadaan ilmu dan barang apakah yang hilang dari orang yang meraperoleh ilmu".
Bersabda Nabi saw. Artinya : "Barangsiapa dihadiahkan kepadanya Al-Qur-an lalu ia memandang ada lain yang lebih baik daripadanya, maka orang itu telah meng- hinakan apa yang dibesarkan oleh Allah Ta'ala". Bertanya Fathul-Mausulj ra.
Menjawab orang dikelilingnya : "Benari". Lalu menyambung Fathul-Mausuli : "Begitu pula hati, apabila tak mau kepada hikmah dan ilmu dalam tiga hari, maka matilah hati itu" Benarlah perkataan itu, karena sesungguhnya makanan hati itu ialah ilmu dan hikmah. Dengan dua itulah, hid up hati, sebagaimana tubuh itu hidup dengan makanan. Orang yang tak berilmu, hatinya menjadi sakit dan kematian hatinya itu suatu keharusan.
Tetapi, dia tidak menyadari de- mikian, karena kecintaan dan kesibukannya dengan dunia, menghi- langkan perasaan itu, sebagaimana kesangatan takut, kadang-kadang menghilangkan kepedihan luka seketika, meskipun luka itu masih ada. Apabila mati itu telah menghilangkan kesibukan duniawi, lalu ia merasa dengan kebinasaan dan merugi besar.
Kemudian, itu tidak bermanfa'at baginya. Kita berlindung dengan Allah dari hari pembukaan apa yang tertu- tup. Sesungguhnya manusia itu tertidur. Apabila mati, maka dia terbangun. Berkata Al-Hassan ra. Maka beratlah timbangan tinta para ulama itu, dari darah para syuhada' ". Berkata Ibnu Mas'ud ra. Diangkat ilmu adalah dengan kematian perawi-perawinya. Demi Tuhan yang jiwaku di dalam kekuasaan- Nya!. Sesungguhnya orang-orang yang syahid dalam perang sabil, lebih suka dibangkitkan oleh Allah nanti sebagai ulama.
Karena melihat kemuliaan ulama itu. Sesungguhnya tak ada seorangpun yang dilahirkan berilmu. Karena ilmu itu adalah dengan belajar". Berkata Ibnu Abbas ra. Begitu juga menurut Abu Hurairah ra. Al-Baqarah, ayat Artinya : "Wahai Tuhan kami!
Berilah kamikebaikan didunia ini dan kebaik- an pula di hari akhirat". Ditanyakan kepada setengah hukama' para ahli hikmah : "Barang apakah yang dapat disimpan lama? Berkata setengah hukama' : "Barangsiapa membuat ilmu sebagai kekang di mulut kuda, niscaya dia diambil manusia menjadi imam. Dan barangsiapa dikenal dengan hikmahnya, niscaya dia diperhati- kan oleh semua mata dengan mulia". Sebaliknya, apabila dikatakan tidak, maka ia merasa sedih".
Berkata Umar ra. Haruslah engkau berilmu! Bahwasanya Allah swt. Barangsiapa mencari sebuah pintu dari ilmu, maka ia diselendangi Allah dengan selendangNya. Jika ia berbuat dosa, maka dimintanya kerelaan Allah tiga kali, supaya selendang itu tidak di buka daripa- danya dan jika pun berkepanjangan dosanya sampai ia mati".
Berkata Al-Ahnaf ra. Dan tiap-tiap kemuliaan yang tidak dikuatkan de- ngan ilmu, maka kehinaanlah kesudahannya". Berkata Salim bin Abil-Ja'ad : " A k u dibeli oleh tuanku dengan arga dirham lalu dimerdekakannya aku. Lalu aku bertanya : "Pekerjaan apakah yang akan aku kerjakan? Maka bekerjalah aku dalam lapangan ilmu.
Tak sampai setahun kemudian, datanglah berkunjung kepadaku amir kota Madinah. Maka tidak aku izinkan, ia masuk". Isinya diantara lain, yaitu : "Haruslah engkau ber- ilmu! Karena jika engkau memerlukan kepadanya, maka ia menjadi harta bagimu.
Dan jika engkau tidak memerlukan kepadanya, maka ilmu itu menambahkan keelokanmu". Diceriterakan juga yang demikian dalam nasehat Luqman kepada anaknya. Berkata Luqman : "Hai anakku! Sesungguhnya Allah swt. Wajahnya hilang tetapi sebutannya tidak dilupakan".
Berkata Az-Zuhri : "Ilmu itu jantan dan tidak mencintainya selain oleh laki-laki yang jantan". At-Taubah, ayat Artinya : "Mengapa tidak pula berangkat satu rombongan dari tiap-tiap golongan itu untuk mempelajariperkara agama". An-Nahl, ayat Artinya : "Maka bertanyalah kamu kepada ahli ilmu jika kamu tidak tahu".
Man salaka thariiqan yathlubu fiihi 'ilman salakallaahu bihi tharii- qan ilal j arm ah. Artinya : "Barangsiapa mcnjalani suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka dianugerahi Allah kepadanya jalan ke sorga". Artinya : "Sesungguhnya malaikat itu membentangkan sayapnya kepada penuntut ilmu, tanda rela dengan usahanya itu".
Artinya : "Bahwa sesungguhnya engkau berjalan pergi mempelajari suatu bab dari ilmu adalah lebih baik daripada engkau melakukan shalat seratus raka'at". Artinya : "Suatu bab dari ilmu yang dipelajari seseorang, adalak lebih baik baginya dari dunia dan isinya". Artinya : "Menuntut ilmu itu ivajib atas tiap-tiap muslim". Dan bersabda Nabi saw. Alaa fas-aluu! Fainnahu yu'-jaru fiihi arba'atun : as-saa-ilu wal 'aalimu wal mustami'u wal muhibbu lahum.
Artinya : "Ilmu itu adalah gudang-gudang. Anak kuncinya pertanyaan. Dari itu, bertanyalah! Sesungguhnya diberi pahala pada bertanya itu einpat orang, yaitu : pcnanya, yang berilmu, pendengar dan yang suka kepada mereka yang tiga tadi". Artinya : "Tak voajarlah bagi orang yang bodoh, berdiam diri atas kebodoh- annya.
Dan tak wajarlah bagi orang yang berilmu, berdiam diri atas ilmunya". Dalam hadits yang diriwayatkan Abu Dzar ra. Dari membaca Al-Qur-an? Menurut atsar kata-kata shahabat Nabi dan pemuka-pemu- ka Islam , maka berkata Ibnu Abbas ra. Demikian pula berkata Ibnu Abi Mulaikah ra. Apabila aku melihatnya maka tampaklah, mukanya amat cantik. Apabila ia berkata-kata maka lidahnya amat lancar. Dan apabila ia memben fatwa maka dialah orang yang amat banyak ilmunya". Berkata Ibnul Mubarak ra. Bagaimana ia mau membaiva dirinya kepada kemuliaan".
Berkata setengah hukama' : "Sesungguhnya aku tidak belas kasihan kepada orang-orang, seperti belas kasihanku kepada salah seorang dari dua : orang yang menuntut ilmu dan tidak memahaminya dan orang yang memahami ilmu dan tidak menuntutnya".
Berkata Abud Darda' ra. Dan ditambahkannya pula : "Orang yang berilmu dan orang yang menuntut ilmu, berserikat pada kebajikan. Dan manusia lain adalah bodoh, tak ada kebajikan padanya". Dan katanya lagi : "Hendaklah engkau orang berilmu atau belajar atau mendengar ilmu dan janganlah engkau orang keempat tak termasuk salah seorang dari yang tiga tadi maka binasalah engkau ".
Berkata 'Atha' : "Suatu majelis ilmu itu, akan menutupkan dosa tujuh puluh majelis yang sia-sia". Berkata Ibnu Abdil Hakam ra. Lalu masuk waktu Dhuhur. Maka aku kumpul- kan semua kitab untuk mengerjakan shalat. Maka berkata Imam Malik : "Hai, tidaklah yang engkau bangun hendak mengerjakannya itu, lebih utama daripada apa yang ada engkau di dalamnya, apabila niat itu benar".
Berkata Abud-Darda' ra. Artinya : "Supaya mereka dapat memberikan peringatan kepada kaumnya bila telah kembali kepada mereka. Mudah-mudahan mereka berhati- hati menjaga dirinya ". Yang dimaksud ialah mengajar dan memberi petunjuk. Dan firman Allah Ta'ala : Wa- idz akhadzallaahu miitsaaqalladziina uutul kitaaba latubayyi- nunnahu linnaasi walaa taktumuunahu. Aali 'Imraan, ayat Artinya : "Tatkala diambil oleh Allah akan janji dari mereka yang diberikan Kitab supaya diterangkannya kepada manusia dan tidak disembu- nyikannya".
Ali 'imran, ayat Ini membuktikan akan kewajiban mengajar. Dan firman Allah Ta'ala : Wa inna fariiqan minhum layaktumuunal haqqa wa hum ya'lamuun S.
Artinya : "Sesungguhnya satu golongan dari mereka menyembunyikan kebe- naran sedang mereka itu mengetahuinya ". Artinya : "Dan barangsiapa menyembunyikan kesaksian tak mau menjadi saksi maka berdosalah hatinya ia menjadi orang yang berdosa".
Al-Baqarah, ayat Bersabda Nabi saw. Haa Mim as-Sajadah, ayat Artinya : "Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada orang yang me- manggil kepada Allah dan dia berbuat amalan yang shalih? Haa Mim as-Szyadah, ayat Artinya : "Serukanlah ke jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan pengajaran yang baik ". Berfirman Allah Ta'ala : Wa yu'allimuhumul kitaaba wal hikmah.
Artinya : "DiajariNva mereka akan kitab dan kebijaksanaan". Adapun hadits yang menerangkan keutamaan mengajar, yaitu sab- da Nabi saw. Artinya : "Bahivasanya dengan sebabmu diberi petunjuk oleh Allah akan seseorang, lebih baik bagimu daripada dunia dan isinya".
Artinya : "Barangsiapa berilmu dan beramal serta mengajar, maka orang itu disebut "orang besar" di segala petala langit". Berbuatlah syafa'at, niscaya kamu mendapat syafa'at. Lalu mereka berbuat syafa'at.
0コメント